Dunia mencekam
Getir menjadi bagian yang tak terpisahkan
Hening mulai meramaikan penjuru dunia
Sepi mulai menyorakkan suaranya
Diam
Celoteh alam semakin berkurang
Pagi datang
Siang berlalu-lalang
Malam menghilang
Saat dunia semakin mencekam
Dan getir menjadi bagian yang tak terpisahkan
Aku menjadi salah satu makhluk-Nya yang tidak memiliki keberdayaan
Serasa kemarin
Ku sapa mentari pagi dengan senyuman
Serasa kemarin
Ku lihat siang menemani kesibukan
Serasa kemarin
Ku nikmati senja dengan kenyamanan
Selasa kemarin
Ku ditenangkan malam dengan kedamaian
Serasa kemarin
Ku syukuri semua anugerah Sang Kuasa
Serasa kemarin
Berbagai kata mampu ku sampaikan tanpa beban
Dunia mencekam
Dan getir masih menjadi bagian yang tak terpisahkan
Hingga semuanya perlahan pergi tanpa bisa kuhindari
Semuanya hilang tanpa bisa ku genggam
Semuanya berlalu dengan penuh lika-liku
Dan aku
Mengokohkan hati menyambut kesendirian
Menguatkan diri menyongsong kesepian
Karena hening telah menjadi jawaban untuk yang kesekian
Dan satu keyakinan
Sang Kuasa akan memberikan kekuatan
Walau berat hati melepas kalian
Sembuhlah Bumi Pertiwi
Sembuhlah dari apa yang ditakuti
Sembuhlah dari sesuatu yang harus dihindari
Karena aku tak mampu
Tak mampu menjalani hari tanpa ramai ngaji santri
Tak mampu melewati hari tanpa sujud jamaah pada Ilahi
Tak mampu melalui hari tanpa lantunan ayat Al Qur’an setiap hari
Dan Ramadhan yang menjanjikan sepi
Pulanglah
Selesaikan apa yang harus diselesaikan di rumah
Nyatanya, ayah dan ibu perlu disapa dengan ramah
Pulanglah
Tak ada yang tak berhikmah
Ini ujian bukan musibah
Agar kalian tetap tabah
Dan memperbaiki apa yang salah
Pulanglah
Segera kembali
Karena tak mampu, aku melewati sepi ini sendiri
[…] kesana kemari mencari duri atas penghambatan ambisiTanpa melengok ke dalam hatiSiapa yang harusnya berpikir dan […]
[…] Air mata kian terkurasKala hati tak selarasRasa terucap tak relaKeadaan mulai terpanahAku harus pulang? […]