pptialfalahsalatiga.com – Ramadan adalah bulan dengan seribu keutamaan yang ada padanya. Selain terdapat hari Al-Qur’an diturunkan, juga malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Ramadan adalah satu-satunya bulan yang ada dalam Al-Qur’an, yaitu surah Al-Baqarah ayat 186.
Terlepas dari keistimewaan-keistimewaan tersebut. Ramadan memiliki arti dan pemaknaan yang lebih dalam dari pada menahan lapar dan dahaga seharian. Apakah itu?
Arti ramadan menurut shalafu as-shalih
Menurut Syekh Abdul Qadir Jaelani, dalam kitabnya “Ghayatut Thalibin” lafal ramadan memiliki arti dari masing-masing huruf penyusunnya. Yaitu: Ra’, Mim, Dhad, Alif, dan Nun. Ra’ berarti “Ridwanullah,” maksudnya, Ridho Allah tercurah kepada hamba yang menjalankan ibadah. Mim memiliki arti “Mahabbatullah,” maksudnya cinta Allah senantiasa untuk orang-orang yang berdo’a, berpuasa dan bermunajat kepada-Nya. Dhad memiliki makna “Dhamanullah,” maksudnya jaminan Allah untuk hamba yang menggunakan ramdan dengan semestinya. Menghiasi dengan ibadah dan beri’tikaf serta mendatangi majlis-majlis ‘ilmu. Alif memiliki arti “Ulfatullah”. Maksudnya, kasih sayang Allah senantiasa tercurahkan kepada hamba yang selalu memohon ampunan dan pertolongan kepada-Nya pada bulan ramadan. Nun yang berarti “Nuurullah,” ialah cahaya Allah yang memberkahi dengan turunya Al-Qur’an juga malam lailatul qadr.
Lain halnya dengan Syekh Abdul Qadir jaelanai, menurut Syekh Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-khawbawiyi, dalam kitabnya “Duratun Nashihin”. Ramadan berasal dari asal kata “Raddhun” yang memiliki arti panas. Karena seringkali bulan ini jatuh bertepatan pada bulan-bulan panas atau musim kemarau.
Selain itu kata panas juga memiliki tafsir sebagai akibat dari rasa lapar dan dahaga. Ada juga yang menafsirkan panas karena terbakarnya dosa-dosa selama sebelas bulan lamanya. Seperti besi yang tertimbun dalam perut bumi selama sebelas bulan, telah berkarat dan usang. Lalu terpanaskan, terpukul dan tertempa menjadi besi baru kembali.
Pemaknaan Syekh Usman, selaras dengan faedah puasa yang dijabarkan oleh Imam Izzuddin bin Abdissalam dalam bukunya, “Maqasidul Ibadat”. Faedah puasa adalah menghilangkan dosa yang telah lalu, memperbanyak sedekah, meningkatkan ketaqwaan juga meninggikan derajat. Untuk itu, selayaknya kita memanfaatkan momentum ibadah bulan suci dengan bijak dan kompeten. Selain banyaknya kemuliaan yang ada pada bulan ramadan, juga karena jaminan Allah bagi setiap hamba-Nya yang berpuasa adalah surga Rayyan.